Kepada perempuan-perempuan pelayan kedai kopi yang selalu menyapa dengan ramah, menawarkan ini-itu tanpa merasa takut untuk tertolak, menghidangkan segelas kopi hitam pekat favorit yang membakar energi kerja. Senyum mereka terlatih untuk menaklukkan pengunjung pada ketentraman tak terdefinisikan. Penjelasan mereka tentang ini-itu tidak menggurui, angkuh dan arogan, namun persuasif-dialogis, menempatkanku sebagai subjek yang layak dihargai dan dihormati.
Kepada pramugari maskapai penerbangan yang menegur dengan bijak kepadaku, yang kerap memaksa untuk tetap memakai telepon genggam padahal pesawat tinggal sedikit lepas landas. Dandanan dan riasan mereka sederhana, pas, koheren dengan seragam mereka. Tidak lebay seperti artis dangdut di pinggiran jalan utara Jawa atau tidak triumfalis seperti para artis dan elit sosial. Apalagi ketika mereka menjelaskan dengan sederhana prosedur keselamatan dan peraturan penerbangan, maka mereka terlihat sangat cantik! Anggun, berwibawa, berkharisma: membuat kita menurut tanpa merasa dituntut.
Kepada perempuan penyobek tiket bioskop. Ucapan "trimakasih dan selamat menonton" mereka kerapkali menjadi ledakan bintang di bagaskara batin seorang urban yang jenuh dengan rutinitasnya. Mereka adalah penjaga-penjaga gerbang dari sebuah ruang pembebasan. Menurutku mereka lebih revolusioner daripada wanita Marxist mana pun. Selalu siaga menunjukkan jalan ketika gelap sudah menguasai panggung pertunjukkan. Seragam hitam mereka elegan, sederhana, tidak seronok dan memancarkan sebongkah kemewahan.
Kepada siapa lagi? Kepada pelayan minimarket yang selalu berteriak "selamat datang-selamat berbelanja!" tanpa tahu apakah aku datang untuk mencuri atau benar sekedar berbelanja. Kepada penjaga department store yang selalu melayani meskipun aku ribet, repot dan mungkin sering tidak membeli. Kepada ini, kepada dia, kepada mereka, kepada. .
. . . . . . . . .
Manusia diciptakan untuk mencintai. Kecintaanmu kepada sesama adalah awal dari membaiknya bumi ini menjadi tempat untuk ditinggali. Cintailah orang-orang yang kau temui, dimanapun kapanpun; dengan rasa tanpa pamrih, dengan genggaman penghargaan dan kasih. Tanpa cinta kasih, maka manusia hanya akan hidup dalam kebencian, kegetiran dan eksploitasi sesama.
#Starbucks Braga, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar