Dulu aku berpikir bahwa jatuh cinta itu harus glamour, gilang gemintang, membara, hebat, dahsyat, penuh dengan cahaya terbang di atas langit gelap, berpendar laksana gagahnya kembang api di malam tahun baru. Dulu aku berpikir bahwa jatuh cinta itu harus disertai dengan persaingan, sebuah dinamika kompetisi yang keras yang harus berujung pada penaklukan dan kemenangan atas sebuah hati. Dulu aku berpikir jatuh cinta itu hanya bisa diwarnai dengan mata berbinar, langkah sorak bersemangat, sanguinitas murni yang mampu membuat duniaku yang penuh dengan kekecewaan dan kegelapan berubah menjadi penuh warna dan kegembiraan. Kupikir, cahaya pesona batin yang memikat itu berbanding lurus dengan tampilan luar yang menjawab konteks, pun dengan baju menawan, dimana akhirnya aku bisa bersepakat dengan sastrawan besar Rusia, Doestoevsky, yang berkata beauty will save the world.
Namun, benarlah kata para pendahulu, makin tua dirimu sebagai manusia, makin engkau menggerakan pendulum hidup, dari pemikiran yang idealis menuju realistis konkrit.
Ternyata jatuh cinta itu bisa sederhana. Yang penting, ia adalah yang bisa membuatmu merasa cukup dengan dirimu sekarang, dan dengan apa yang kamu miliki. Ia bukan kompetisi atau konfrontasi, namun sebuah dialektika perdamaian dengan diri, keinginan, kemunafikan dan eksistensi hati. Parasnya tak perlu glamour, tapi cukup untuk secara definit menyematkan kata ayu padanya. Matanya tak perlu benderang pun menggairahkan, tetapi bisa bening dan mendamaikan. Geraknya mungkin lambat, tapi itu mengingatkan bahwa hidup tidak melulu terburu-buru. Cahaya batin itu tak benderang, tapi cukup untuk membuatmu berjalan dalam langkah-langkah perlahan melewati jalan panjang berkabut kekelaman.
Ah, aku ingin menikmati Sang Sederhana, yang tampil dalam rupa tanpa kosmetik. Otentik, apa adanya. Memegang tangan dalam kehangatan yang terurai bersama waktu. Mencipta narasi yang tak kan terpenggal oleh sekat-sekat keberbedaan, keberadaan, dan ketidakmungkinan.
Note: jatuh cinta disini bisa ditafsir literal, harafiah. Namun bisa juga diterjemahkan sebagai momen kita bertemu dengan Sang Misteri
Jatuh cinta itu sulit tapi simpel
BalasHapus