Kemarin (hari Kamis, 4 Desember)
aku nonton Penguin of Madagascar,
sebenarnya nggak terlalu minat sih, tapi karena dipaksa temen yang jomblo kesepian
dan sok tegar untuk menjalani masa depan yang katanya lagi pengen ketawa
sembari nonton film ringan, dan memang karena tidak ada film tontonan yang
lain, setujulah aku nonton film ini (alternatifnya: Automata, Sci-Fi yang
reviewnya nggak bagus). Entah kenapa ada seruan hati di dalam lubuk yang
terdalam untuk nonton saja, padahal sehari sebelumnya aku baru nonton
balalalalala Big Heroes 6! Rasanya aku
mencatat sejarah pertamakali nonton bioskop berturut-turut film animasi.
Biasanya aku lebih suka sci-fi
(Interstellar, Dawn of the Apes, The End of Tomorrow), thriller yang jenisnya psikopat-psikopat gitu
(Nightcrawler, The Prisoner, The Call, House at the end of the street),
drama yang menyentuh (Grand Budapest, The Judge, Fury), atau film yang diangkat
dari novel yang bersentuhan dengan topik politik (Divergent, The Hunger Games).
Film animasi (Big Heroes, Frozen, Madagascar, How to Train the Dragon) adalah nomor yang kesekian, letaknya sama
dengan film romantic asmara (Winters Tale? The Fault in Our Stars? Gak pernah
nonton nih gilak), atau film horror (Insedous, Conjuring, Annabelle, big NO!). Entah, mungkin
menurut anda selera filmku buruk, karena disana bisa lihat karakter INTJ-ku,
seneng yang mikir-mikir, seneng yang rumit-rumit, bahkan salah satu karuniaku
adalah merumitkan yang sederhana. Hahahaha
Tapi okeh, to the point ceritanya, aku nggak pingin spoiler jadi kuceritakan 1
hal saja yang kudapet dari Pinguin
Madagascar, yaitu frasa “Undeniable Cuteness” atau kalau diterjemahkan
bebas kelucuan yang tak terutur. Frasa ini ditujukan kepada Private, penguin
lucu, bukan lucu, tetapi
lucuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu,
imut, menggemaskan, bikin orang senang, bisa me-reject senyawa kemarahan dengan
begitu cepat. Private ini adalah senjata utama untuk memutarbalikkan efek jahat
dari senyawa medusa buatan tokoh antagonis, Dave. Dave ini adalah gurita yang penuh kemarahan, penolakan, iri hati, dendam yang ingin menghancurkan kehidupan pinguin yang mencuri popularitasnya sebagai hewan kesayangan di kebun binatang. Senyawa medusa itu mengubah penguin menjadi bentuk
yang buruk rupa dan tidak disukai manusia. Jadi, Undeniable
Cuteness itu adalah juruselamat, mesias yang menyelamatkan manusia dari kondisi dunia tanpa pinguin yang menyenangkan dan membuat hidup lebih berwarna.
Private |
Well, sepanjang nonton film aku
tak tertawa sekeras penonton lain di kiri-kananku. Tapi aku menyadari satu hal
ini, aku kekurangan undeniable cuteness itu.
Hahahaha tolong jangan terburu-buru mengartikan aku lagi galau kepingin
punya pacar, tidak. Aku jadi ingat
waktu masih di kampus, menjalani psikotes disuruh menggambar manusia, aku
menggambar sosok seorang anak dengan tanpa senyum. Dari sana psikolog
mengatakan bahwa hidupku isinya kepedihan demi kepedihan (nangis dong please).
Ya memang, dua kehilangan besar (kematian bapak dan Mbak Krist) dalam 24 tahun
kehidupanku di dunia ini sangat tajam melukai batin ini. Aku adalah tipe orang
yang gloomy, misterius, sukar tertawa
dan bercanda, suka mikir serius apalagi tentang pembaharuan dunia, Marxisme,
revolusi politik-sosial-ekonomi, teologi yang rumit-rumit. Aku sulit untuk
bercengkerama dengan cewek-cewek yang suka aksi-aksi cute, or foto-foto cantik.
Aku sungguh tak memahami bahasa mereka. Makanya, bikin khotbah itu yang paling
sulit bagiku adalah bagian humornya!!! Aduh bahkan aku pernah berdoa kepada
Tuhan, meminta sense of humour. Ya,
aku kekurangan sesuatu yang lucu, sesuatu yang mbikin tertawa, sesuatu yang
mengubah kopi pahit yang biasa kuminum jadi jus segala rasa yang membuat cahaya
mata jadi berpendar (ciyeeee, emang Tuhan Yesus di Kana), sesuatu yang
membuatku jadi ringan, mudah tertidur (malamnya aku tidur nyenyak!) dan tak sok
bangga dengan istilah glorified
insomniac. I need undeniable cuteness!
Ah, tapi malam ini aku
merenung-renung. Kenapa aku selalu merasa kekurangan? Bukankah ada Allah, Sang
Sutradara yang suka tertawa? Menurutku Tuhan punya selera humor loh. Bukankah
Ia menyelamatkan dunia ini melalui sosok bayi kecil mungil lahir di kandang
hina sederhana? Dan, bukankah dengan itu, sebagai bayi Yesus, Ia berinkarnasi,
menjelma, mewujud sebagai the undeniable
cuteness itu?
Sesungguhnya, kita sangat perlu seimbang, ada waktunya untuk berkerut pening, ada waktunya untuk tertawa, bukankah Alkitab berkata Hati yang gembira adalah obat yang manjur. ..
Terpujilah Kristus!
#Pregolan 36. Tuhan aku ingin makin mengasihi-Mu, bercanda
dan tertawa karena kemenangan-kemenangan bersama-Mu. Amin.
Perenungan yang bagus, bro..
BalasHapusBiarlah kamu bisa menikmati Allah dan memuliakan-Nya walau kamu tidak lucu.. anw, seingatku kamu suka ketawak ngakak deh.. *alismataangkatsebelah*
wkwkwkwkwkkwkwkwkwkkwkwk
BalasHapus