“Brak,”
Handphone-ku kemarin tiba-tiba terjatuh
ketika dalam kondisi di charge.
Hasilnya: baterai lepas dengan kondisi charger masih menempel. Lalu dengan sigap, meski agak sedikit kaget, segera
aku pasang kembali baterai handphone-ku
dan casing-nya. Kulihat ia menyala seperti biasa dan tidak terjadi apa-apa, ia
menunjukkan tanda-tanda eksistensinya.
Beberapa lama kemudian, baterai mulai habis kembali,
lalu aku sambungkan handphone aku dengan charger.
Eh! Tidak berfungsi. Kepalaku mulai bingung.
Aku coba colok berulangkali dan tetap tidak berhasil. Aku coba ke Note-ku, karena charger yang ini memang aslinya bawaan Note-ku.
Tidak berhasil juga! Lalu aku mencoba meminjam charger teman dan memasangkannya ke handphone aku. Bisa!
Sempurnalah deduksi aku: charger itu
rusak.
Berapa lama kemudian datanglah teman-teman mampir ke chamber of secrets-ku (baca: kamar
pastori). Ada seorang teman yang charger-nya compatible dengan gadget-ku. Ku tuker kabelnya dengan kabel charger-ku, dan aku temukan masalahnya ada
pada kabel. Lalu aku lihat-lihat kepala konektor dari kabel itu, dan menemukan
ada 1 elemen yang hilang, itulah sebabnya listrik tak tersalurkan. Nila setitik
rusaklah susu sebelanga.
Tiba-tiba hati jadi bete. Maklum, charger handphone
yang asli hilang waktu camp remaja
beberapa bulan lalu. Kabel pinjeman seorang teman juga hilang di camp beberapa
waktu yang lalu. Charger yang
berfungsi ya bawaannya Note itu. Eh, sekarang juga ikutan rusak.
Ternyata hal-hal kecil dalam hidup ini bisa membuat
suasana hati jadi bete, sumpek. Kalau
aku sih jadi kepikiran gini: beli charger
baru, repotnya harus pergi keluar untuk membeli, uang yang harus
dianggarkan. Kecil sih tapi ribet dan bete.
Aku pun berucap kepada teman-teman, “Ternyata di dunia
ini ada hal-hal kecil yang buat kita bete.”
Seorang teman menanggapi, “Iya, bbm gak bertanda
centang aja, bisa bikin sumpek.” Betul. Ban bocor di tengah jalan? Sumpek.
Sinyal ilang? Sumpek. Apa lagi? Banyaklah. Anda bisa tambahin sendiri.
***
Malamnya aku ngikut kelas pembinaan di gereja tentang
bersaksi dan memberitakan Injil. Tiba-tiba tercetus pemikiran selewat kalau hal
kecil macam charger rusak bikin bete, gimana ya hati Tuhan kalau melihat
manusia berdosa? Rasanya dosa bukan hal-hal kecil, tetapi itu hal-hal besar.
Makanya, Allah turun ke dalam dunia ini untuk menebus kita dari belenggu dosa.
Rasanya logis kalau aku simpulkan bahwa Tuhan sumpek
banget lihat ciptaan-Nya, yang Ia ciptakan dengan kerinduan memuliakan-Nya dan
bersekutu dengan-Nya, menyasar dalam jalan yang salah.
Well, kalau kita tahu hati-Nya
begitu sumpek melihat kita rusak dan jatuh dalam dosa, beranikah kita membuat
hati Sesosok Agung yang kita kasihi sumpek dan terluka lagi?
Kejadian
6:5-6 Ketika
dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala
kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah
Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan
hati-Nya.
Masih adakah dosa saat ini yang kita genggam dengan
penuh nikmat? Walah dalah, kita lagi
bikin hati Tuhan sumpek!
#Dini hari. Pregolan Bunder 36. Sambil Ngopi kopi
Papua.
Kepala konektor yang rusak dan membuat charger tak lagi bereksistensi. Bukankah sebuah keberadaan menjadi ada ketika ia berfungsi? :p |
Kabel charger yang telah kehilangan nyawanya. Ah, hidup memang rangkaian kehilangan demi kehilangan! |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar