Minggu, 12 Januari 2014

Untuk Para Lelaki

Aku tak mengerti, kenapa tanda lelaki adalah panah seperti ini?
Ada yang tahu sejarahnya?

Ada dua hal yang bisa jadi dimiliki seorang lelaki ketika ia menatap perempuan. Pertama, eksploitasi. Kedua, melindungi.

Yang pertama, kau hanya akan menjadikan perempuan sebagai objek untuk dikuasai dan dipermainkan.  Bisa jadi kau terobsesi pada tubuhnya. Bisa jadi kau hanya ingin memilikinya. Kadang-kadang kau permainkan perasaannya dan hatinya (kelemahan perempuan bukan?). Kau eksploitasi perempuan itu untuk memuaskan naturmu sebagai seorang lelaki: berpetualang dan menaklukkan. Bukankah kita diciptakan di luar taman Eden? Bukankah kita laki-laki, diciptakan di padang belantara di mana petarungan, kekerasan, penaklukkan adalah DNA diri kita. Maka, kita, seperti Daud ketika memandang Batsyeba, atau Amnon memandang Tamar, mengeksploitasi, menjajah, dan tentu saja, mendekstrusi natur seorang perempuan.  Dan, kebanyakan para lelaki di dunia yang sedang jatuh dalam dosa ini nampaknya demikian. Maka tak heran, 8 dari 10 perempuan mengalami pelecehan seksual. Sebagian besar sahabat-sahabatku perempuan pernah mengalami abuse dari pihak laki-laki.  Ada satu-dua orang yang begitu dalam terluka sampai mereka punya gambar diri yang hancur dan butuh pemulihan yang lama, sampai sekarang pun ada yang belum sembuh. So sad.

Yang kedua, kau akan jadikan perempuan itu sebagai subjek keindahan.  Keindahan itu tak kau hancurkan. Tetapi kau rawat, kau jaga baik-baik dari dunia yang jahanam dan dipenuhi angkara nafsu ini. Kau akan menghormati keberadaannya, melibatkannya di dalam kebutuhannya untuk terlibat dalam hidupmu, tidak berotorisasi absolut pada perasannya, kau memberinya ruang untuk menari dengan perasaan, tangisan dan kerapuhannya.  Ah, seharusnya kita demikian, jika kita demikian, maka kita seperti Yesus Sang Lelaki Sejati, melindungi hati seorang perempuan Samaria yang penuh malu dan luka.  

Lelaki jenis kedua bukanlah pengemis cinta, tetapi ia menawarkan kekuatan di dalam dirinya. Kekuatan untuk menjaga, melindungi subjek keindahan yang ia kasihi.

Setengah dekade ini setidaknya ada dua hati yang ingin kulindungi, tetapi, well, mereka memilih dilindungi yang lain. Tapi masalahnya, tentu dari perspektifku yang sering sok rasionalis padahal subjektif, mereka malah dieksploitasi. Dan, bukankah hati seorang penjaga akan remuk ketika apa yang ingin dijaganya dicolong oleh maling?

Ah, kok jadi rumit. Hahahaha.

Tetapi ingatlah ini sungguh-sungguh, camkan ini baik-baik: kepada para lelaki, hati-hati, kalau kau eksploitasi perempuan, maka engkau sungguh jahanam, bangsat, dan bajingan!! (tiba-tiba merefleksi, apakah aku juga lelaki yang demikian? Ah bisa jadi, Lord have mercy on me)

#Sambil ngopi Jepang di siang hari.  Tiba-tiba kepikiran kajian gender dan hal-hal diseputar ini.

Beberapa lama kemudian aku bercakap-cakap dengan seseorang, dan ia menyarankan ada klasifikasi ketiga: lelaki yang berada di titik netral. Lelaki dimana ia hanya mengagumi seorang perempuan tanpa berusaha melakukan apapun. Ia hanya berada di titik dimana ia memandang, melihat keindahan, dan bersyukur pada Sang Pencipta karena Tuhan menciptakan perempuan. Bukankah Ia sendiri adalah Sang Keindahan sekaligus pemilik keindahan?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar