Kamis, 28 Mei 2015

Catatan Retret Pribadi: In The Valley


When You lead me to the valley of vision
I can see You in the heights
And though my humbling wouldn't be my decision
It's here Your glory shines so bright
So let me learn that the cross precedes the crown
To be low is to be high
That the valley's where You make me more like Christ
Let me find Your grace in the valley
Let me find Your life in my death
Let me find Your joy in my sorrow
Your wealth in my need
That You're near with every breath
In the valley
In the daytime there are stars in the heavens
But they only shine at night
And the deeper that I go into darkness
The more I see their radiant light
So let me learn that my losses are my gain
To be broken is to heal
That the valley's where Your power is revealed
You near to me. .. .

Akhir-akhir ini aku merasa nestapa. Bukan galau gelisah merana romantisme anak-anak remaja tentu, tetapi berkaitan dengan sesuatu yang lebih eksistensial. Pertanyaan-pertanyaan dasar tentang hidup: mengapa saya mengalami begini dan tidak begitu, Mengapa bapakku meninggal saat aku baru seminggu SMA? Mengapa kakakku yang paling dekat harus meninggal karena kanker,sehingga bahkan tak sempat melihatku wisuda S-1 teologi? Mengapa aku pelayanan di tempatku saat ini dengan kesulitan ini dan itu? Dan segala macam pertanyaan mengapa lainnya. . .
2 hari ini aku menyepi, retret pribadi di sebuah rumah retret di daerah Jedong, Wagir, Kabupaten Malang. Membaca buku Richard Foster, Streams of Living Water, berdoa syafaat untuk pelayanan (sesuatu yang begitu terlupakan), membaca ulang Wahyu-Hosea-Galatia, menulis jurnal refleksi pribadi, jalan-jalan mengelilingi lokasi yang hijau dan alami, tidur lebih banyak daripada biasanya. . . . itulah serangkaian kegiatan yang kulakukan. Semua hanya untuk mencari pemulihan fisik, mental dan spiritual. Terpujilah Tuhan, yang memberkati retret pribadi ini. Dalam sunyi dan kesederhanaan, suara-Nya menggema, kehadiran-Nya membekas, dan energi Ilahi itu kutemukan.
Puncaknya malam ini, sembari mempersiapkan khotbah untuk hari Minggu ini, aku iseng-iseng memutar lagu-lagu di laptopku. Dan tanpa sengaja memutar lagu In The Valley di atas. . lagu yang menyerap kesadaranku begitu sangat, lalu aku merasakan sapaan-Nya, jawaban lembut-Nya atas pertanyaan-pertanyaan nestapa-eksistensial dalam diriku: karena Aku ingin kamu serupa dengan Aku? Aku menangis terisak dan merasakan kehadiran-Nya begitu dekat, amat dengat sangat dekat. . . Sungguh, tidak ada yang lebih berharga di tengah dunia ini, selain kehadiran Allah dalam Kristus yang begitu dekat dan mengubahkan hidup, memenuhi jiwa yang kosong, menghangatkan hati yang sendu, memulihkan batin yang terluka oleh dunia.
Kepada kawan-kawan seperjuangan yang memperjuangkan panggilan revolusioner untuk memberitakan Kabar Baik, memuridkan orang, mewujudnyatakan kerajaan Allah, seringkali mengerjakan panggilan ini begitu melelahkan, jika engkau lelah, pulanglah ke pelukan-Nya, pulanglah ke rumah batin paling nyaman dan aman yaitu kasih-Nya. Tanpa itu, kita akan mudah berbelok arah, dikacaukan bisingnya dunia, tertipu oleh diri sendiri, dihancurkan oleh nafsu dan kekuasaan, bahkan mungkin terperangkap dalam kebohongan harta, hidup dalam kemunafikan serta kosmetik rohani . . . Sungguh kawanku, pulanglah!

Oh Tuhan, aku mau jadi hamba yang murni,
Terbakar oleh hati yang dipenuhi kasih
Menghidupi ketaatan sebagai tanda pengudusan
Berjalan bersama Roh Kudus, yang bekerja dengan aktif-kreatif
Memperjuangkan keadilan sosial, rekonsiliasi rasial, pemberdayaan kaum miskin-tertindas
Membaca dan mengajarkan firman Tuhan serta memuridkan dengan setia
Hidup inkarnatif, menghadirkan realitas spiritual yang nyata dalam dunia material yang penuh dengan dosa
Amin.

*Rumah Khalwat Betlehem, ds. Jedong, Wagir, Kab. Malang. 28 Mei 2015. Doa ini kutulis setelah menyelesaikan Streams of Living Water, setiap kalimatnya adalah definisi dan ciri khas dari 6 tradisi spiritualitas Kristen yang ada dalam sejarah panjang Kekristenan.