Senin, 22 September 2014

Masihkah tetap sama

Tadi siang aku membawakan pembinaan di tim paduan suara Soli Deo, aku mengambil Yosua 14:6-13 sebagai bahan refleksiku siang itu. Kisah perikop ini adalah kisah tentang Kaleb yang menghadap Yosua, lalu "menagih" janji yang pernah disampaikan Musa padanya (Bil. 14). Lebih baik aku copy lengkap perikopnya di bawah ini, bacalah baik-baik secara perlahan, perhatikan yang aku beri warna berbeda.
 
 
 
Kaleb mendapat Hebron
14:6 Bani Yehuda datang menghadap Yosua di Gilgal. s  Pada waktu itu berkatalah Kaleb bin Yefune, t  orang Kenas itu, kepadanya: "Engkau tahu firman yang diucapkan TUHAN kepada Musa, abdi Allah u  itu, tentang aku v  dan tentang engkau di Kadesh-Barnea. w  14:7 Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea x  untuk mengintai negeri y  ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya. z  14:8 Sedang saudara-saudaraku, yang bersama-sama pergi ke sana dengan aku, membuat tawar hati a  bangsa itu, aku tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati. b  14:9 Pada waktu itu Musa bersumpah, katanya: Sesungguhnya tanah yang diinjak oleh kakimu itu akan menjadi milik pusakamu c  dan anak-anakmu sampai d  selama-lamanya, sebab engkau tetap mengikuti TUHAN, Allahku, dengan sepenuh hati. 14:10 Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. e  Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara f  di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur g  delapan puluh lima tahun aku hari ini; 14:11 pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku h  pada waktu itu demikianlah kekuatanku i  sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk. 14:12 Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, j  sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak k  dengan kota-kota yang besar dan berkubu. l  Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN." 14:13 Lalu Yosua memberkati m  Kaleb bin Yefune, n  dan diberikannyalah Hebron o  kepadanya menjadi milik pusakanya. p  14:14 Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati 1 . q  14:15 Nama Hebron dahulu ialah Kiryat-Arba; r  Arba s  ialah orang yang paling besar di antara orang Enak. Dan amanlah t  negeri itu, berhenti berperang.
 
 
Ayat yang menjadi perhatianku adalah ayat 11, dengan jelas kita lihat bahwa Kaleb masih tetap sama, sama dengan Kaleb yang ada di Bilangan 13. Sama kuat secara fisik, dan aku yakin, masih sama kuat dalam soal iman, karena Kaleb mengikut Tuhan dengan sepenuh hati (ay. 8).  Kaleb masih sama kualitas imannya dan totalitasnya dalam mempercayai rancangan karya Allah. Aku membayangkan 45 tahun yang ia alami (ay. 10) bukanlah 45 tahun yang mudah. Ia melihat bagaimana bangsa Israel yang gampang bersungut-sungut dan tegar tengkuk. Mungkin ketika Musa mati, ia melihat bagaimana tidakmungkinnya Israel menguasai Tanah Kanaan, Kaleb juga menjadi saksi hidup pemberontakan-pemberontakan terhadap kepemimpinan yang Allah kerjakan melalui hamba-Nya Musa dan Yosua, 45 tahun perjalanan iman personal yang penuh dengan lembah kekelaman pikirku. Tetapi anehnya, Kaleb masih tetap sama! Sama kuat dalam hal jasmani, sama kuat dalam hal kebersandaran kepada Allah, sama kuat dalam hal melayani Dia. Aku yakin Kaleb masih tetap sama bukan karena kekuatan Kaleb sendiri, tetapi jelas Allah Sang Pemelihara-lah (ay. 10) yang menuntun Kaleb di dalam kasih karunia-Nya sehingga Kaleb masih tetap sama.
 
Lalu aku merenung-renung, 45 tahun Kaleb masih tetap sama. Bagaimana denganku? Sekarang usiaku 24 tahun, masih kuat naik gunung, khotbah 3-4 kali di hari Minggu masih sanggup, rapat sampai mendekati tengah malam juga masih tahan. Apakah aku masih sama, waktu nanti usiaku 40 tahun, 50 tahun, 60 tahun? Pertanyaan refleksi ini menggiringku ke dalam kewaspadaan yang kudus. Aku harus menjaga kualitas hidup jasmaniahku untuk lebih memperpanjang pelayananku.
 
Lebih lanjut, aku merenung-renung tentang kehidupan spiritualitas dan pelayanan di dalam diriku sendiri, masihkah diriku tetap sama, seperti dulu waktu pertamakali mengikrarkan diri sepenuh waktu melayani Yesus. Ah, ternyata kudapati diriku ter-erosi dalam banyak hal.  Kalau dulu menggebu-nggebu untuk memberitakan Yesus pada mereka yang belum kenal Dia, sekarang aku amat jarang mengerjakannya. Kalau dulu, waktu masih pertama-tama belajar khotbah, persiapannya setengah mati seriusnya, doanya juga gila-gilaan, bangun lebih pagi di hari minggu untuk berlutut dan bersandar kepada Tuhan, nulis teks lengkap bahkan sampai dihafal, sekarang, karena khotbah sudah jadi rutinitas, seringkali persiapannya ngepres, tak jarang tidak disertai doa dan pergumulan terhadap teks firman Tuhan. Ternyata, akibat kesibukan, rutinitas, dan dosa-dosa, passion mengikut Tuhan dan melayani-Nya perlahan-lahan mulai kabur, perlahan-lahan mulai berubah, perlahan-lahan mulai tak sama. . . . .
 
 
Entah apakah teman-teman alumni SAAT di tempat lain mengalami yang seperti aku alami. Entah apakah mereka yang melayani Tuhan penuh waktu merasakan yang seperti aku rasakan. Kalau iya, aku mau berdoa untuk mereka: Tuhan kasihanilah kami, orang berdosa ini. Tolong kami untuk masih tetap sama, esok, lusa dan seterusnya. Sama dalam kasih kepada-Mu, sama dalam kualitas pelayanan untuk-Mu, sama dalam motivasi bekerja bagi-Mu. Sampai Tuhan panggil kami kembali. Amin.

Selasa, 16 September 2014

Kentang goreng, Ice Cokelat, dan Setenggak Rindu

Ketidakmampuan dicampur gelisah saling silang membentuk kuadran perasaan yang disebut kecemasan. Kecemasan dikali dengan kehampaan menghasilkan rumusan yang dipanggil manusia kegundahan. Hasil dari rententan situasi-situasi itu melahirkan seorang manusia yang kebingungan tentang keberadaannya di tengah dunia. Aku lah orangnya. 
 
Aku yang sedang berjalan dalam kelana yang tak dikenal. Kelana dengan pilihan-pilihan kemungkinan yang begitu luas dan takjub, sehingga titik bifurkasi yang ada begitu lebar, dalam dan tak terjangkau oleh tanganku yang kecil ini. Kebingungan yang menjadi-jadi memenuhi hati sepanjang jutaan megasekon belakangan ini.
 
Apa yang biasa, dan bisa kamu lakukan ketika menghadapi perasaan-perasaan ini? Ketika kau butuh mood booster sebagai penyemangat kerjamu? In what way you can ignite your passion?
 
Maka aku memilih tiga hal ini: kentang goreng, es cokelat, dan setenggak rindu. Kalau kau tahu, kentang punya banyak manfaat jika kita memakannya.  Salah satunya adalah meredakan stress.  What? Ya, aku sendiri baru tahu. Mengandung vitamin B6, kentang sangat bermanfaat untuk menghilangkan stres yang berasal dari pikiran. Kentang membuat hormon adrenalin yang dapat merespon stres, hingga pada akhirnya membuat tubuh menjadi rileks dan memberikan perasaan yang menenangkan (info ini diambil dari sini).  Nah, belakangan ini aku agak tertekan dengan banyaknya hal di dalam pelayanan yang harus kukerjakan dan kupikirkan, maka memperbanyak vitamin B6 di dalam diriku mungkin bakal lebih membuat rileks. Apalagi jika ia dipadu dengan cokelat! Cokelat, "mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida, yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak." (diambil dari Wikipedia). Hormon Serotonin adalah hormone yang  diproduksi di saluran pencernaan. Hormon ini berfungsi mengontrol mood atau suasana hati, nafsu makan dan tidur. Maka mengkonsumsi cokelat secara rutin akan membantu kita untuk menjaga stabilitas jumlah serotonin di dalam otak kita. Jadi jelas, kentang (goreng) ditambah (es) cokelat, adalah kombinasi aku yakin ahli fisika kuantum atau biomokuler akan menyetujuinya sebagai mood booster yang tepat untuk menyuntikkan kreatifitas, ketenangan, dan perspektif yang positif. Tak heran, Harry Potter selalu makan cokelat ketika Dementor datang :) (lih. cerita Potter, Prisoner of Azkaban).
 
Tunggu, lalu apa itu setenggak rindu? Apakah ia jenis minuman terbaru yang bisa kita dapatkan di kios Starbucks terdekat? Bukan. Kalau kau lihat KBBI, rindu didefinisikan "sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu." Aku mendefinisikan setenggak rindu sebagai kumpulan perasaan yang dapat kau minum dan masuk ke dalam jiwamu yang terdalam, menggerakkanmu untuk menggubah komposisi, menantangmu untuk mendaki gunung tertinggi, menantimu untuk melakukan sebuah revolusi.  Kumpulan perasaan itu bisa berasal dari pengalaman masa lalu, pembacaan buku yang menginspirasi, atau perjumpaan dengan Sang Hidup yang membawa ke dalam pencerahan.  Dan kini aku mau menenggak setenggak rindu! Setenggak rindu akan dunia yang lebih baik. Setenggak rindu akan kisah dimana orang-orang miskin dan tertindasi ditransformasi dan dimanusiakan. Setenggak rindu akan kedamaian dan harmoni antara pemeluk agama. Setenggak rindu. . . . .
 
 
 
 
Apakah engkau mengalami hal yang sama denganku? Bingung dengan hidupmu, bosan dengan ini dan itu? Kelelahan dengan rutinitas yang ada? Pesanlah ketang goreng, ice cokelat, dan nikmatilah setengggak rindu!
 
 
 
 
@Library Café, Gramedia Book Store, memesan kentang goreng dan ice cokelat seperti biasa.