Jumat, 23 Oktober 2015

Hanya Tuhanku, Kepuasanku!

Waktu aku masih jomblo ngenes yang tak berpengharapan, diabaikan berulangkali oleh pujaan hati, hanya dianggap "teman," "kakak," atau bahkan "adek," oleh dia yang kutatap dengan nanar, kalimat "Asalkan ada Tuhan yang lain tak perlu" adalah sebuah mantra sakti antiseptik galau gaduh yang tak berujung. 

Bahkan pernah beberapa kesempatan ketika aku mencoba menawarkan kekuatan, dan dompet yang tak ada isinnya ini melindungi perempuan tapi ditikung rekan (sssst sakitnyaaa oh sakitnyaaa), kalimat itu menjadi sebuah wingardium leviooosa atau sejenis Patronus (nonton Hary Potter kaaan) yang mengusir Dementor bernama kesepian, kegalauan, keheningan, kerendahan diri, dan segudang perasaan sendu, pedih, kacau, remuk ah semua deh yang ada di KBBI.  Aku menempelkan kalimat ini pada laptopku (waktu masih di kampus yang penuh kepahitan itu wkwkkw), dan waktu praktek di gereja setahun, aku menempelkannya di dinding kamarku. 

Aslinya, kalimat tersebut berasal dari lagu Be Thou My Vision terjemahan Indonesia: Kaulah ya Tuhan Surya Hidupku, Asal Kau Ada yang lain tak perlu. he he he. Fondasi Biblika-nya jelas Mazmur 23! Tuhanku Gembalaku takkan kekurangan aku, dalam versi Inggris: The Lord is my shepherd, i shall not want. terjemahan versi ku: Tuhanku kepuasanku, aku tak menginginkan yang lain, artinya, Dialah sumber segala sesuatu, Keindahan yang melampaui segala sesuatu, Pribadi Paling Berharga yang melampaui segala sesuatu, ah pokoknya, asal ada Tuhan, hidupku cukup. . .. . . . 

Nah, itu waktu duluuuuu aku jomblo, bayangkan 25 tahun sejak procot jomblo, sungguh hanya kasih karunia-Nya yang menguatkanku menapak jalan yang sepi ituuuuu. wkwkkwkwkw sumpah kalimat barusan alay! Orang sering mengutuk dan mengkritikku: ah kalimat itu pelarian, cuma penghiburan bagi jones-jones yang sok kuat itu!

Well, ternyata kebenaran itu tidak berubah, hanya Tuhanku, kepuasanku berlaku bahkan sampai aku memiliki seorang kekasih (ciyeeeeeeeeeeeee wkwkkwk seriously kenyataan bahwa aku tak jomblo lagi adalah sebuah fakta yang aku sendiri pun tak mampu memahaminya). 

Kebenaran ini kutemukan ketika aku membaca ulang Henri Nouwen dalam bukunya Wounded Healer. Ia menulis bahwa setiap orang mempunyai personal loneliness (kesepian pribadi) dimana dunia menipu kita, bahwa kalau kita punya banyak teman, sahabat rekan, keberadaan di tengah keluarga, kita tidak akan kesepian.  Inilah mengapa orang berlomba-lomba, menjalin persahabatan, menemukan kekasih, berada dalam komunitas, adalah untuk menjawab isu terdalam mereka, untuk membebaskan diri mereka dari isolasi, serta menggenggam keintiman (intimacy) dan rasa dimiliki (belonging). Masalahnya ternyata, sejauh apa pun kita memiliki semua hal itu, kita akan tetap kesepian! 
"Many marriages are ruined because neither partner was able to fulfill the often hidden hope that the other would take his or her loneliness away. And many celibates live with the naive dream that in the intimacy of marriage their loneliness will be taken away" (Nouwen, page 85).

Jadi, ternyata, meskipun anda punya kekasih yang mengasihi anda dan menerima apa adanya (tentu pacar saya yang menulis dalam puisinya wajah saya begitu meragu termasuk kategori ini :P), kekasih anda bukanlah sumber kepuasan tertinggi dan terutama. 

Gini deh, Benarkah pacar/kekasih anda menginginkan anda tiap waktu? Bagi mereka yang menjalani masa pacaran, tentu jawabannya klise klo menjawab iya. Buat saya itu jawaban naif, jawaban yang biasa diberikan anak-anak SMA yang sok kasmaran.  Nah saya baru memahaminya belakangan ini, waktu saya kepengen ngobrol, curhat, cerita etc dengan kekasih, bisa-bisa aja dan sangat biasa dia berkata: gue main basket ya! (she loves basketball so much, guru [agama dan] basket lho!) atau jalan sama teman-temannya. Dulu dengan naif saya akan gelisah kecewa merasa tersisihkan, tapi belakangan saya menyadari, sebenarnya keinginan untuk didengar, diperhatikan itu datangnya dari rasa takut akan kesepian. Bagi pria yang dibesarkan dalam keluarga yang dingin dan miskin ekspresi kentiman seperti saya (Bapak-Ibu saya jarang mencium, memeluk, mengobrol dan berdiskusi dengan kami), relasi dengan lawan jenis bisa menjadi semacam pelarian dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masa kecil yang tak terpenuhi. Nah, disitulah saya menemukan, ternyata memang hanya Tuhanku, kepuasanku! (tidak berarti habis ini saya putusin pacar yaaa wkwkkw). 

Artinya begini, siapa sih pribadi yang 24 jam mau dengerin kita, mau peluk kita, dan mau bener-bener terima kita apa adanya? Tuhan. Siapa sih pribadi yang tak perlu bersungut-sungut terima permohonan maaf kita? Tuhan. Siapa sih yang benar-benar mencintai dengan kasih tak bersyarat? Tuhan.  Saya berani bilang, sehebat-hebatnya pasangan dan kekasih kita (dan saya rasa pacar saya sudah terbaik banget yang bisa saya temukan ciye), dia takkan bisa menggantikan posisi Tuhan! Sungguh, hanya Tuhanku, kepuasanku!

Maka, bagi mereka yang masih jomblo, jangan bersedih, di masa-masa penantian ini, jadikan Tuhan kecukupan hidupmu. Tuhan itu bener-bener cukup kok! Pantaskan diri, siapkan menjadi pasangan yang baik jika Mr/Mrs Right nanti datang. Saya tuh paling melas dan males kalau lihat anak-anak remaja galaunya setengah mati klo di PHP, di Friendzone atau ditikung, bahkan seolah-olah dunia kiamat lalu sayat-sayat tangan gegara di PHK. duh plis deh, Ada Tuhan yang mengasihimu, menerimamu, lebih jauuuuhh daripada orang yang kausukai dan kaukasihi.

Lalu, bagi mereka yang berpasangan atau dalam masa pacaran, siapakah sumber kepuasan tertinggi kita? Kalau kekasih, wah saya pikir kita sedang membangun kolam air yang bocor yang nantinya akan meremukkan kita sendiri. Saya mengakui saya sendiri sadar atau tidak sadar, juga mudah terjatuh pada kegagalan yang sama, gagal cukup dengan Allah. Maka kiranya kita selalu memeluk kasih karunia Allah dan selalu pulang pada Tempat Peristirahatan Abadi yaitu Allah.

Bagaimana dengan anda

"To fall in love with God is the greatest romance; to seek him the greatest adventure; to find him, the greatest human achievement.”

― Augustine of Hippo


Filipi 1:3 Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu

Gili Labak, Oktober.