Jumat, 11 Oktober 2013

When I Was Your Man

Malam itu insomnia menjadi sahabatku kembali. Ketika alam pikir melanglang jauh ke masa lalu. Dendam dan sesal berkelindan menjadi satu, memperanakkan kegelisahan yang runtut membekap semburat rindu, juga jutaan sendu yang menyeluruh di dalam kalbu.

Masih aku ingat bau parfummu. Dan aku hafal segala kesukaanmu: boneka kelinci lucumu, piano sebagai alat musik kesukaanmu, warna biru muda cerahmu, cokelat di malam hari, toko ice cream favoritmu di sebuah jalan raya di kota Pahlawan ini. Lalu tiba-tiba kepalaku menjadi sakit. Sakit sekali. Jadi ini rasanya hati teriris.

“Aku harus meninggalkanmu. Orang yang tak pernah punya waktu untukku!” bentakmu padaku saat itu.

“Apa? Aku kerja tau. Untukmu. Untuk masa depan pernikahan kita. 24 jam!” Ku balas dengan seberondong peluru argumentasi.

Lalu kau pun menangis.

“Aku nggak perlu uangmu Van. Aku cuma perlu kamu.”

Dan kau pun tiba-tiba lari dari meja makan yang sudah ku pesan mahal ini sejak kemarin pagi oleh sekretarisku. Dan aku hanya diam memandang kau pergi. Deru nafasku memburu. Egoku membatu. Aku tak peduli padamu.

***

Masih aku ingat bau parfummu. Dan aku hafal segala kesukaanmu: boneka kelinci lucu, piano, warna biru muda, cokelat di malam hari, toko ice cream favoritmu di sebuah jalan raya di kota Pahlawan ini. Lalu tiba-tiba kepalaku menjadi sakit. Sakit sekali. Jadi ini rasanya hati teriris.

“Van, kok sudah lama nggak pergi sama Vivien?” mami menggedor renung pagiku.

“Eh iya, dia lagi sibuk kayaknya”

“Oh, mami pikir kalian lagi berantem. Vivien itu anaknya baik, nggak neko-neko. Sederhana. Dia hanya perlu perhatianmu. Mami sayang ama dia.” Sederhana. Dia hanya perlu perhatianmu. Ah, mamaku sayang, kenapa kau juga meledakkan bom di batin ku yang sedang rapuh ini?

Aku mengemudi mobilku ke kantor. Dan tiba-tiba semua menjadi berwarna biru muda. Ada sepasang muda-mudi bergoncengan sepeda motor dan mereka memakai jaket warna biru muda. Kulihat sebuah mobil, ada mama dan anaknya, dan anak itu begitu lucu, memakai jepit rambut warna biru muda. Di perhentian lampu merah aku melihat anak SD perempuan menggendong boneka kelinci di tangannya. Dan dia terlihat memiliki hidup yang begitu bahagia. Seperti kau waktu aku ungkapkan cintaku padamu pertama kali. “Aku juga sudah lama mencintaimu Van.” Katamu waktu itu.

Aku masuk kantor. Ada coklat di meja kerjaku. Dari seorang karyawan satu lantai yang dari dulu aku tau menyukaiku “selamat pagi” pesannya. Coklat yang sama dengan apa yang kau suka. Tetapi rasanya begitu berbeda. Ia hanyalah sebongkah coklat yang sama dengan sampah. Karena bukan kau sang pemberinya. Kubuang dan kusingkirkan, aku tak membutuhkan coklat darinya. Aku membutuhkanmu.

Siang ini aku sengaja melewatkan waktu makan siang di restoran ice cream favoritmu. Tak membantu sakit kepalaku. Malahan menambahkan satu milyaran perih lainnya. Tiba-tiba bahkan ada bau parfummu melintas di hidungku.  Aku masih ingat bau parfummu!

“Aku suka ice cream sama coklat lho. Tapi ada yang jauh lebih aku sukai,” kau pernah berkata.

“Apa?”

“Perhatianmu. Karena bagiku itu seperti seribu tentara yang melindungku.”

Dan restoran Zangrandi siang itu tiba-tiba menjadi surga. Karena dunia tiba-tiba berhenti ketika senyummu yang indah membekapku dalam ruang waktu bahkan dimensi yang berbeda. Gigi putihmu yang serasi. Lesung pipitmu di dua sisi. Mata belok berbinarmu dengan bulu lentik menari. Rambut hitam lurus panjangmu tergerai suci abadi. Dan bagiku kau bidadari.

Kini semuanya telah menjadi masa lalu.
***

Masih aku ingat bau parfummu. Dan aku hafal segala kesukaanmu: boneka kelinci, segala sesuatu tentang Jazz, warna biru muda, cokelat di malam hari, toko ice cream favoritmu di sebuah jalan raya di kota Pahlawan ini. Lalu tiba-tiba kepalaku menjadi sakit. Sakit sekali. Jadi ini rasanya hati teriris.
Malam itu aku melintasi jembatan Suramadu. Tak ada alasan untuk menyeberangi jembatan ini di tengah malam. Aku bahkan mengemudi tanpa tujuan. Seperti hidup yang rasanya tiada arah sejak kau menghilang beberapa bulan yang lalu. Tiba-tiba tengah malam itu, jalanan yang sepi makin membuat hati begitu merintih. Radio memutar lagu ini, yang menyesakkan, sangat menyesakkan.


Same bed, but it feels just a little bit bigger now
Our song on the radio, but it don't sound the same
When our friends talk about you all that it does is just tear me down
Cause my heart breaks a little when I hear your name
And it all just sound like uh, uh, uh

Hmmm too young, too dumb to realize
That I should have bought you flowers and held your hand
Should have gave you all my hours when I had the chance
Take you to every party cause all you wanted to do was dance
Now my baby is dancing, but she's dancing with another man.

My pride, my ego, my needs and my selfish ways
Caused a good strong woman like you to walk out my life
Now I never, never get to clean up the mess I made
And it haunts me every time I close my eyes
It all just sounds like uh, uh, uh, uh

Too young, too dumb to realize
That I should have bought you flowers and held your hand
Should have gave all my hours when I had the chance
Take you to every party cause all you wanted to do was dance
Now my baby is dancing, but she's dancing with another man.

Although it hurts I'll be the first to say that I was wrong
Oh, I know I'm probably much too late
To try and apologize for my mistakes
But I just want you to know
I hope he buys you flowers, I hope he holds your hand
Give you all his hours when he has the chance
Take you to every party cause I remember how much you loved to dance
Do all the things I should have done when I was your man!
Do all the things I should have done when I was your man!
[Bruno Mars, When I Was Your Man]

Tadi siang, entah itu kau apa bukan. Tapi aku cukup yakin aku melihatmu di sana dengan seseorang. Kalian bercanda mesra. Aku tak sanggup keluar dari pintu depan restoran siang itu. Zangrandi berubah menjadi neraka. Aku diam menelisik keluar melalui pintu yang lain. Kututup wajah dengan jaketku. Melihatmu sepintas dan semakin keruh sakitku.

Ya. Jose Ortega seorang filsuf Prancis bersabda "Falling in love initially is no more than this, attention abnormally fastened upon another person." Aku tahu aku telah gagal memberikan perhatianku. Memberikan diriku. Memberikan seutuhnya hidupku untukmu Vien. Dan penyesalan selalu datang terlambat. Semoga, lelaki itu memberikannya padamu.

Masih aku ingat bau parfummu. Dan aku hafal segala kesukaanmu: boneka kelinci, segala sesuatu tentang Jazz, warna biru muda, cokelat di malam hari, toko ice cream favoritmu di sebuah jalan raya di kota Pahlawan ini. Lalu tiba-tiba kepalaku menjadi sakit. Sakit sekali. Jadi ini rasanya hati teriris.



*21 Februari 2013. Habis tidur siang. Pregolan Bunder 36. Habis dengerin lagu Bruno Mars yang baru aku tau dari twit @stephaniezen.  Zangrandi dan Suramadu adalah tempat2 yang ditunjukkan Ivan temanku beberapa malam yang lalu. Hahaha. Ditulis untuk semua yang sedang merasa jatuh cinta. Berikanlah perhatian dan dirimu seutuhnya pada dia yang kau cintai. Kalau tidak, engkau menyesal.



http://www.youtube.com/watch?v=jJT0Suanqhg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar