Kagetkah anda mendengar judul
tulisan ini? Pemuridan sebagai aksi revolusi? Apa maksudnya? Tidakkah di
telinga kita, aksi revolusi menjurus dengan gerakan-gerakan anarkis mahasiswa,
tindakan penggulingan terhadap pemerintahan otoriter sebagaimana yang terjadi
di Tunisia, Mesir, dan dunia Timur Tengah belakangan ini. Dan, bagi orang-orang mapan yang asyik dengan
kesenangannya sendiri, kata revolusi biasanya dianggap sebagai sesuatu yang
lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Kata revolusi pun dipandang picik
dengan negatif, kematian aktivis mahasiswa Sondang Hutagalung dengan aksi bakar
dirinya yang dipandang sebagai sebuah kenaifan adalah buktinya.
Tetapi, di sini saya tetap
mengajukan bahwa pemuridan, dalam konteks ini, tentu saja pemuridan Kristiani,
pada dasarnya adalah sebuah aksi revolusi.
Penjelasan Kamus Besar Bahasa
Indonesia menguraikan bahwa revolusi adalah berkaitan dengan perubahan yang
cukup mendasar dalam suatu bidang tertentu, sedangkan kata revolusioner adalah
kecenderungan untuk menghendaki perubahan dalam tataran mendasar secara cepat.
Maka, aksi revolusi adalah sebuah tindakan atau kegiatan yang menghendaki
perubahan yang mendasar dalam suatu bidang. Nah, bukankah dengan definisi
tersebut, memasukkan pemuridan sebagai sebuah aksi revolusi adalah absah? Ya,
jelas! Tentu saja!
Pemuridan adalah panggilan dan kewajiban bagi semua
orang Kristen. Yesus dari Nazaret tidak menyuruh pengikut-Nya untuk membangun
agama dan menjadikan semua orang Kristen,
tetapi Ia menghendaki: jadikanlah semua
bangsa murid-Ku! (Mat. 28:20). Seorang murid adalah seseorang yang selalu
mengikuti kemana arah langkah gurunya pergi. Kemana tutur-ucap, laku-tindak,
pikir-pandang gurunya tertuju, itulah yang murid tuju. Seorang murid Kristus
adalah seorang yang mencoba belajar dari Kristus, dan menjadi sama serupa
dengan Kristus. Kalau begitu, pemuridan adalah usaha untuk menjadikan seseorang
menjadi sama dengan Kristus.
Melihat deskripsi secuil saya
tentang pemuridan di atas, maka pungkaslah bahwa pemuridan itu adalah aksi
revolusioner. Menjadi serupa dengan Kristus itu adalah menghendaki perubahan
mendasar terjadi! Alasannya? Setidaknya ada dua: 1. Menjadi serupa dengan
Kristus itu merubah diri. 2. Menjadi serupa dengan Kristus itu merubah dunia
dan sekitarnya. Segala sesuatu yang ada di dalam diri kita diubah seperti Dia,
kemudian, dengan internalisasi karakter Yesus itulah kita melangkah menuju
transformasi dunia di sekitar kita. Benarlah kalimat seorang teolog Jerman
bernama Juergen Moltmann: “Christian life is a form of practice which consists in following the
crucified Christ, and it changes both man himself and the circumstances in
which he lives.”
Saya hendak pungkas wacana di sini, pemuridan jelas
adalah sebuah aksi revolusi yang perlu, harus, dan wajib dikerjakan oleh orang
Kristen, lebih-lebih mahasiswa Kristen, yang selalu, selalu, dan selalu
dituntut untuk menjadi agen perubahan. Gereja seringkali lupa dan tak acuh pada
kepentingan pemuridan, gereja mengalihkan diri pada hal-hal yang sekunder namun
dianggap primer (bangun gedung, KKR, dst). Harap saya, mahasiswa Kristen sadar
akan hal yang fundamental untuk mereka kerjakan: pemuridan. Oleh karena itu, mulailah melangkah dengan membentuk
komunitas-komunitas KTB di mana kita bisa hidup bersama, saling membangun di
dalam kesatuan tubuh Kristus. Bagi mereka yang belum terlibat dalam kehidupan
KTB, ambillah kesempatan untuk hidup
ber-KTB, karena ketika anda mempunyai hidup bersama, maka sesungguhnya anda
sedang terlibat dalam sebuah aksi revolusioner bagi Kerajaan Allah. Diri anda
diubah, keluarga anda diubah, lingkungan anda diubah, bangsa dan negara anda
diubah, sampai seluruh dunia anda diubah.
Pertanyaan akhirnya: bersediakah anda?
*tulisan
ini ditulis untuk sebuah persekutuan kampus, kisaran aku tingkat akhir di SAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar