Jumat, 05 Desember 2014

Undeniable Cuteness

Kemarin (hari Kamis, 4 Desember) aku nonton Penguin of Madagascar, sebenarnya nggak terlalu minat sih, tapi karena dipaksa temen yang jomblo kesepian dan sok tegar untuk menjalani masa depan yang katanya lagi pengen ketawa sembari nonton film ringan, dan memang karena tidak ada film tontonan yang lain, setujulah aku nonton film ini (alternatifnya: Automata, Sci-Fi yang reviewnya nggak bagus). Entah kenapa ada seruan hati di dalam lubuk yang terdalam untuk nonton saja, padahal sehari sebelumnya aku baru nonton balalalalala Big Heroes 6!  Rasanya aku mencatat sejarah pertamakali nonton bioskop berturut-turut film animasi. Biasanya aku lebih suka sci-fi (Interstellar, Dawn of the Apes, The End of Tomorrow), thriller yang jenisnya psikopat-psikopat gitu (Nightcrawler, The Prisoner, The Call, House at the end of the street), drama yang menyentuh (Grand Budapest, The Judge, Fury), atau film yang diangkat dari novel yang bersentuhan dengan topik politik (Divergent, The Hunger Games). Film animasi (Big Heroes, Frozen, Madagascar, How to Train the Dragon) adalah nomor yang kesekian, letaknya sama dengan film romantic asmara (Winters Tale? The Fault in Our Stars? Gak pernah nonton nih gilak), atau film horror (Insedous, Conjuring, Annabelle, big NO!). Entah, mungkin menurut anda selera filmku buruk, karena disana bisa lihat karakter INTJ-ku, seneng yang mikir-mikir, seneng yang rumit-rumit, bahkan salah satu karuniaku adalah merumitkan yang sederhana. Hahahaha


Tapi okeh, to the point ceritanya, aku nggak pingin spoiler jadi kuceritakan 1 hal saja yang kudapet dari Pinguin Madagascar, yaitu frasa “Undeniable Cuteness” atau kalau diterjemahkan bebas kelucuan yang tak terutur. Frasa ini ditujukan kepada Private, penguin lucu, bukan lucu, tetapi lucuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu, imut, menggemaskan, bikin orang senang, bisa me-reject senyawa kemarahan dengan begitu cepat. Private ini adalah senjata utama untuk memutarbalikkan efek jahat dari senyawa medusa buatan tokoh antagonis, Dave. Dave ini adalah gurita yang penuh kemarahan, penolakan, iri hati, dendam yang ingin menghancurkan kehidupan pinguin yang mencuri popularitasnya sebagai hewan kesayangan di kebun binatang.  Senyawa medusa itu mengubah penguin menjadi bentuk yang buruk rupa dan tidak disukai manusia. Jadi, Undeniable Cuteness itu adalah juruselamat, mesias yang menyelamatkan manusia dari kondisi dunia tanpa pinguin yang menyenangkan dan membuat hidup lebih berwarna.


Private

Well, sepanjang nonton film aku tak tertawa sekeras penonton lain di kiri-kananku. Tapi aku menyadari satu hal ini, aku kekurangan undeniable cuteness itu. Hahahaha tolong jangan terburu-buru mengartikan aku lagi galau kepingin punya pacar, tidak.   Aku jadi ingat waktu masih di kampus, menjalani psikotes disuruh menggambar manusia, aku menggambar sosok seorang anak dengan tanpa senyum. Dari sana psikolog mengatakan bahwa hidupku isinya kepedihan demi kepedihan (nangis dong please). Ya memang, dua kehilangan besar (kematian bapak dan Mbak Krist) dalam 24 tahun kehidupanku di dunia ini sangat tajam melukai batin ini. Aku adalah tipe orang yang gloomy, misterius, sukar tertawa dan bercanda, suka mikir serius apalagi tentang pembaharuan dunia, Marxisme, revolusi politik-sosial-ekonomi, teologi yang rumit-rumit. Aku sulit untuk bercengkerama dengan cewek-cewek yang suka aksi-aksi cute, or foto-foto cantik. Aku sungguh tak memahami bahasa mereka. Makanya, bikin khotbah itu yang paling sulit bagiku adalah bagian humornya!!! Aduh bahkan aku pernah berdoa kepada Tuhan, meminta sense of humour. Ya, aku kekurangan sesuatu yang lucu, sesuatu yang mbikin tertawa, sesuatu yang mengubah kopi pahit yang biasa kuminum jadi jus segala rasa yang membuat cahaya mata jadi berpendar (ciyeeee, emang Tuhan Yesus di Kana), sesuatu yang membuatku jadi ringan, mudah tertidur (malamnya aku tidur nyenyak!) dan tak sok bangga dengan istilah glorified insomniac. I need undeniable cuteness!


Ah, tapi malam ini aku merenung-renung. Kenapa aku selalu merasa kekurangan? Bukankah ada Allah, Sang Sutradara yang suka tertawa? Menurutku Tuhan punya selera humor loh. Bukankah Ia menyelamatkan dunia ini melalui sosok bayi kecil mungil lahir di kandang hina sederhana? Dan, bukankah dengan itu, sebagai bayi Yesus, Ia berinkarnasi, menjelma, mewujud sebagai the undeniable cuteness itu?



Sesungguhnya, kita sangat perlu seimbang, ada waktunya untuk berkerut pening, ada waktunya untuk tertawa, bukankah Alkitab berkata Hati yang gembira adalah obat yang manjur. ..


Terpujilah Kristus!



#Pregolan 36. Tuhan aku ingin makin mengasihi-Mu, bercanda dan tertawa karena kemenangan-kemenangan bersama-Mu. Amin.

2 komentar:

  1. Perenungan yang bagus, bro..
    Biarlah kamu bisa menikmati Allah dan memuliakan-Nya walau kamu tidak lucu.. anw, seingatku kamu suka ketawak ngakak deh.. *alismataangkatsebelah*

    BalasHapus