Jumat, 16 Mei 2014

Arogansi

 
Arogansi. Kata ini sejajar dengan keangkuhan-kesombongan. Belakangan ini aku merasa kesal dengan arogansi. Tetapi aku menyadari, ketika aku menuduh orang lain arogan, maka aku sendiri pun jadi arogan juga. Maka demikian, benarlah kata Nietzscche, "Ketika kita memerangi monster, maka amat berbahaya sekali, kita bisa berubah menjadi monster itu sendiri."
 
Bukankah masalah terbesar dari dunia ini adalah "aku", "egoku" yang berakar kuat, berdinding tebal, dan beratap tak tertembus dari apa pun. Arogansi datang dari masa laluku yang bersahabat dengan rasa minder (inferiority), apalagi ia berkelindan dengan kesepian (loneliness). Mereka mewujud rupa dalam kegelisahan fana atas penerimaan dan pengakuan orang lain. Mereka menghadarikan khawatir waktu kritik menyapa. Mereka resah saaat cibiran bersabda. Sebaliknya, mereka menawarkan hati yang melambung ketika pujian datang. Oh, bukankah pemimpin sejati adalah seorang yang dikritik ia tidak tumbang, dan dipuji ia tidak terbang?
 
 
Oh  Yesus Tuhanku, ajari aku hati-Mu yang lemah lembut dan rendah hati!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar